Kejadian ini teringat ketika semasa kuliah beberapa semester lalu…mba terduduk lesu di pinggir gedung D kampusku. Tertunduk lemas. Kelelahan setelah kuliah berpuluh-puluh jam tahun ini. Merasa tenagaku hampir habis karenanya. Terkuraslah semua daya upayaku selama menjalani kuliah. Belakangan, segalanya terasa amat berat. Pelajaran dalam kuliah, ujian yang diberikan, tugas praktikum, belajar dilain tempat karena inilah konsekuaensi karena mengambil kuliah 2 selain FKG UGM,,,,bahkan tugas kelompok sebagai ketua atau sekertaris atau coordinator kuliah yang harus kukerjakan dengan teman lain di kelas itu sungguh-sungguh memeras keringat. mba masih terduduk lesu di pinggir gedung D kampusku. Beristirahat sejenak sebelum masuk. Berusaha menyambung nafas di antara tuntutan tugas yang kian menumpuk. Tiba-tiba, dua orang temanku menyapa dan mendekatiku. Sobat dekatku. Merekalah sobat yang paling setia menemaniku setiap harinya. Entah mengapa, terlalu setia.
”Assalamu’alaykum!”, seru mereka dengan semangat. ”Wa’alaykumsalam”, kataku lemas, tersenyum memandang mereka, lalu kembali menunduk menyandar pada tembok. ”Kenapa, ri? Kok lemes gitu?”, temanku R, bertanya dengan riang. Ia duduk di sampingku sambil menaruh sebuah buku catatan di sampingnya. ”Ini, gue capek banget nih. Kayaknya gue ga sanggup nerusin mata kuliah itu lagi deh!hmmm, ujiannya susah bener! Alamat ga lulus, dapet D deh…!” kataku berapi-api pada keduanya. Kali ini, temanku A yang bertanya sambil duduk di samping kiriku sambil memangku sebuah catatan tebal kuliah miliknya. Dua temanku ini memang terkenal sangat suka mencatat. Sangat rajin. Dan teliti. Makanya, begitu banyak temanku yang lain, di kampus di angkatanku,,,, mengandalkan catatan kuliah padanya. Terlalu amanah atau terlalu malas, aku nda tahu.. Selalu jiper dan takut tiap kali memandang betapa tebalnya catatan keduanya.”Emang, ri,,, kuliah apaan sih? Segitu putus asanya?”, A bertanya lagi. ”Nih!”, kataku sambil mengeluarkan catatan kuliahku yang jauh tipis dibanding catatan kuliah mereka. ”Oh, IDH? Wah, mata kuliah ini emang terkenal berat! Pantesan aja lu segitu tertekannya. Hmmmm…., setahu ku, semua orang yang ambil mata kuliah ini emang bisa ampe nangis-nangis atau marah-marah saking ga tahannya sama tumpukan tugas dan ujiannya yang berat. Tapi,..... yang aku tahu, semua mahasiswa yang berhasil lulus di mata kuliah ini cenderung bisa lulus mata kuliah lain jauh lebih cepat dari yang lain”, A menghiburku. ”Ah, yang bener kamu?”, kataku tak percaya, menatap ke arah A. ”Malah, yang ku tau...”, kini R menanggapi, ”semua orang yang ambil mata kuliah IDH pasti lulus!” Ia menekankan kata ’pasti’. ”Tapi, waktu lulus dari mata kuliah itu emang beda-beda. Orang yang masuk di tahun yang sama, belom tentu keluar di tahun yang sama juga!” katanya dengan yakin ”Idih, kalian,, berdua tuh mau ngasih semangat atau nakut-nakutin saya sih? Bingung nih ….!” ….bingung. kedua sobatku ini benar-benar ambigu. ”Ya ngasih semangat lah! Ayolah Ri…, kita yakin kamu bisa kok!”, kata R sambil mengeluarkan sesuatu dari ranselnya. “Nih, kmu makan roti ku, biar kamu semangat lagi sebelom kuliah IDH!”, katanya sambil menyodorkan sepotong roti dengan merk ’Harapan’. ”Hmm, enak banget! Wow, manis banget!” kataku sambil mengunyahnya cepat. ”Iya, emang enak, Roti Harapan emang terkenal manis, enak dan bisa ngasih banyak energi buat orang-orang kayak kamu ri…yang lagi kecapean gitu!” ”Oh ya, nih aku juga bawa minuman buat kamu ri.., biar ga seret dan kemanisan makan rotinya”, kata A yang menyodorkan sebotol air mineral dengan merk ’Peringatan’. Aku meneguknya cepat-cepat, haus karena terlalu banyak makan Roti Harapan yang super manis itu. ”Idih! Apaan nih! Rasanya kok aneh gini? Ga enak! Oralit aja lebih mending, kali!” kataku kaget setelah meminum air merk ’Peringatan’ tadi. ”Yeeee, kamu,,,! Walaupun ga enak, air ini terkenal karena bisa bikin kamu dapet asupan gizi yang pas. Supaya bisa mengimbangi asupan Roti Harapan super manis yang lo makan tadi. Selain itu, ni minuman juga bisa selalu ngasih energi tambahan supaya lo bisa terus berusaha dengan keras dan ga gampang khilaf pas ngejalanin kuliah. Percaya deh! Udah, abisin tuh. Emang ga enak, tapi bermanfaat. Percaya deh!”, A terus meyakinkanku. Aku menurut. Aku habiskan saja keduanya. Roti manis merk ’Harapan’ dan sebotol air mineral rasa aneh dengan merk ’Peringatan’. Sudah merasa cukup punya energi, aku pun kembali berniat kuliah. IDH, mata kuliah yang berat itu. Hhh... aku beranjak berdiri, tapi malas rasanya. ”Udah Ri…, sana kuliah! Bentar lagi masuk tuh! Ayo-ayo, kami yakin kamu pasti bisa melewati ujian kuliah itu dan lulus! Semangat ya!”, R menepuk punggungku dan memberikan senyumnya yang tulus. ”Iya, sana kuliah ri,,,! Jangan putus asa ya!, A menimpali, ”Oh ya Ri…, catetan yang waktu itu kamu minta dari kita belom bisa kita kasihin ya... saya dan R masih harus banyak nyatet dulu…nih. Nanti kalo catetannya udah selesai, bakalan kita kasih kok. Oke?” ”Siiiip!” kataku beranjak pergi, ”Thanks banget ya …sahabat2ku..!” kataku lagi.. ”Assalamu’alaykum!” teriakku sambil melambaikan tangan. ”Wa’alaykumsalam”, sahut A dan R kompak. Aku pun beranjak pergi. Kuliah IDH. Berat……, tapi mau tak mau harus aku jalani.
Sepeninggalanku, A dan R pun beranjak berdiri. A memegang sebuah catatan besar dan tebal di tangan kirinya. Catatan dengan judul yang tercetak tebal: ”AMAL BURUK”. Sungguh tebal. R berdiri di kanannya, juga memegang catatan di tangan kanannya yang juga bercetak tebal: ”AMAL BAIK”. Entah catatan mana yang lebih tebal, tapi yang jelas keduanya tidaklah tipis. Keduanya menengok serempak ke belakang, menoleh ke arah koordinator mata kuliah di kampus ini yang sedari tadi memperhatikan percakapan kami bertiga. A dan R mengacungkan jempol masing-masing sambil berkata ”Oke, bos!” Sang koordinator tersenyum dan mengangguk puas.
A dan R kembali berjalan dan mengerjakan pekerjaan rutinnya: “MENCATAT”. Di tas ransel keduanya, tertulis nama mereka: RAKIB….dan … ATID. Mereka kembali menyusuri jalan-jalan di Kampus Kehidupan, meninggalkan gedung D: DUNIA. Sang koordinator pun kembali berkeliling kampus sambil memegang satu map besar berisi koordinasi semua mata kuliah di kampus itu.. Di depan map itu tertulis nama dan jabatan sang koordinator: ALLAH SWT , Koordinator segalanya. Ia tahu bahwa mata kuliah IDH memang selalu sulit bagi yang mengambilnya. Mata kuliah.... Istiqomah Dalam Hidup. Karena memang begitulah Ia merancangnya |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar