Jumat, 26 Desember 2008

CERPEN 2

Sepasang Cinta di Ruang Anatomi

Jam tanganku telah menunjukan pukul 07.00 WIB, aku telah tiba di ruang anatomi tepat pada waktunya. Hari ini adalah jadwal praktikum mata kuliah anatomi minggu ke-1. Aku adalah dokter agustinus.Sebagai seorang dokter pengampu mata kuliah anatomi, aku harus disiplin dan datang lebih awal daripada mahasiswaku. Walaupun praktikum mulai satu jam lagi,tak ada salahnya aku datang lebih awal. Apa kata dunia jika aku harus didahului oleh para mahasiswaku.

Praktikum berjalan dengan tertib selama beberapa jam. Lalu setelah itu, aku memberikan informasi kepada mahasiswa bahwa laporan paling lambat dikumpul mimggu depan. Aku kemudian menutup sesi praktikum ini sembari mahasiswa siap-siap pulang ke rumah masing-masing.Sementara aku tetap tinggal di laboratorium sampai selesai.

Hari semakin sore, setelah laboratorium sepi, aku memasukkan kembali mayat-mayat pada tempatnya. Satu persatu mayat itu aku masukkan. Namun, pada mayat terakhir aku meraskan sesuatu yang aneh. Aku merasa keganjilan dalam hatiku ketika harus menatapnya. Aku telah biasa melihat mayat, namun kenapa mayat ini baru kulihat sekarang? Ada sebuah rasa aneh yang menyelimuti kalbuku tentang mayat ini. Aku mengambil mayat itu,kulihat sebuah goresan luka di kepalanya, namun dadaku semakin bergetar. Suasana di ruang anatomi berubah menjadi bau yang sangat berbeda. Bukan formalin ,melainkan bau harum bunga melati yang menyengat hidungku.Aku bingung, terlebih hanya hari semakin sore dan hanya ada aku sendiri yang ada di sana.Aku berusaha melawan rasa ini dan dengan tangan yang kaku terpaksa aku berusaha mengangkat mayat ini dan memasukkannya.

***

Hujan turun dengan deras di pagi hari.Namun, hal ini tak mengurungkan niatku untuk tetap mengampu praktikum hari ini. Pekan ini adalah minggu ke-2 praktikum anatomi. Seperti biasanya, tepat pukul 07.00 WIB aku telah tiba di ruang anatomi. Namun kali ini aku merasa tidak sendiri, aku melihat seorang lelaki tua duduk di depan ruang anatomi. Aku melihatnya dan tersenyum padanya. Aku pikir dia pegawai baru, lalu aku menegurnya.

Maaf,anda sedang apa di sini,”tanyaku padanya.

Anda pegawai baru?”tanyaku kembali.

Lelaki tua itu hanya tersenyum melihatku. Aku memandang bola matanya yang cekung namun berisikan sebuah makna yang mendalam. Aku merasa ada pancaran kasih sayang dari dalam penglihtannya.

Maaf, anda mendengar perkataan saya?”

Sebentar lagi akan ada praktikum,” tambahku

Jadi tolong kerjasamanya,”kataku lagi.

Lelaki tua itu hanya tersenyum kembali dan memperlihatkan bola matanya yang cekung namun bermakna. Ia lalu menatapku seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu. Namun, entah mengapa ia hanya diam.

Ah, sudahlah,”pikirku dalam hati.

Praktikum berjalan seperti biasanya.Sementara di luar sana, hujan terus turun dengan derasnya menerobos permukaan bumi. Pada saat praktikum aku mengintip ke luar untuk melihat lelaki tua tadi. Aku tak melihatnya.

Hari semakin sore, praktikum telah usai.Aku tinggal sendiri di dalam ruang anatomi. Tiba saat yang menegangkan harus dimulai. Aku kembali harus mengangkat mayat satu demi satu, namun kali ini aku bingung.Sebuah mayat yang pekan lalu aku temui kini tidak ada. Aku kemudian melihat meja dan kursi tempat menaruh mayat,namun tetap tidak ada. Lalu kubuka kembali bak penampungan dan dengan teleti kulihat kembali. Namun,apa hendak dikata semuanya nihil.

Aku lelah, akhirnya aku putuskan untuk pulang. Lalu, di depan pintu aku kembali menjumpai lelaki tadi.Aku berhenti sejenak kemudian memandang wajahnya kembali. Ia kali ini menatapku dengan wajah yang sangat tidak sedap. Namun, sebagai seseorang yang profesional, aku membalasnya dengan senyuman.

Maaf,anda siapa?”tanyaku kembali.

Apakah saya bisa membantu anda,”tanyaku lagi.

Lelaki itu hanya diam membisu seribu bahasa. Lalu ia menampakkan raut wajah sedih dan menunduk.Lelaki itu meneteskan air matanya.Aku semakin bingung. Ada apa di balik semua ini.Apa yang harus aku lakukan.Lalu aku mendekatinya, kemudian aku memberikan sebuah tisu padanya. Aku benar-benar bingung. Siapa ia?Kenapa ia menangis?

Hujan semakin deras, hari semakin dingin, aku semakin lelah akan semua ini. Aku kembali menatap lelaki itu, dan terus memberikan stimulus untuk memancing responnya. Namun hasilnya tetap saja nihil.Lalu, lelaki itu berdiri, dan memberikanku sebuah kertas. Aku lalu mengambilnya. Di dalamnya tertulis TOLONG, jalan melati no.4 Surabaya

Aku semakin bingung, apa ini. Lalu aku ingin menatap kembali lelaki itu.Tidak, aku tidak menemukannya.Lelaki itu hilang dari pandanganku. Aku memutarkan bola mataku untuk mencari kemana ia menghilang. Dari kejauhan, aku melihatnya berjalan menuju ruang anatomi melalui pintu selatan yang jarang sebagai pintu utama. Aku mengejarnya. Dari kejauhan aku melihat ia membuka pintu selatan ruang anatomi dan masuk. Aku terkejut, setahuku pintu itu dikunci.Namun, aku tetap mengejarnya. Setelah sampai di depan pintu, aku benar-benar bingung. Aku melihat pintu itu dikunci dengan gembok yang sangat besar. Aku mendorong pintu itu, namun tetap saja tidak bisa. Aku semakin bingung, permainan apa ini. Kenapa lelaki tua itu bisa masuk ke dalam sini?Padahal ini dikunci?Apakah ini halusinasiku saja?Ah....

***

Pekan ini adalah pekan ke-3 praktikum anatomi. Aku kembali menjadi pengampu seperti biasanya. Aku datang lebih awal untuk mencari apakah aku akan bertemu dengan lelaki tua itu. Aku menyusuri pintu selatan ruang anatomi. Aku melihat pintu masih terkunci rapat. Lalu aku berjalan menuju utara. Aku tidak menemukan lelaki itu. Aku mulai memasuki ruang anatomi. Aku membuka bak mayat dan mengeluarkannya satu persatu. Tiba-tiba dadaku bergetar kembali, sama seperti ketika pekan pertama berlangsung. Keanehan ini terjadi lagi seiring bau bunga melati yang semerbak di ruang anatomi. Lalu kutemukan mayat yang pekan ke-2 hilang. Apakah ini semua?Apakah ini ada hubungannya dengan lelaki itu?

***

Matahari telah bersinar terang, ayam jantan telah berkokok.Hari ini kuputuskan untuk menelusuri alamat yang lelaki tua itu berikan padaku. Aku akan mencoba mencari sebuah jawaban akan tanda tanya besar yang merasuk di dalam dadaku. Aku menelusuri sebuah alamat yang diwasiatkan lelaki tua itu. Aku menuju alamat yang benar –benar misterius ini.

Perjalanan ini memang aneh. Di sepanjang jalan menuju alamat ini, aku menemukan banyak hal aneh. Aku melihat orang-orang yang berpakaian serba hitam berjalan membawa bunga-bunga melati yang telah dirangkai dengan indahnya. Aku berhenti sejenak, lalu menegur orang tersebut.

Assalamualaikum,”kataku.

Orang tersebut hanya diam, tak menjawab salamku. Dia memberikan wajah yang masam dan ditekuk. Aku mengulangi salamku.

Assalamualaikum,” kataku kembali.

Maaf, akhi saya boleh bertanya,”tanyaku padanya.

Pemuda itu kembali diam. Wajahnya semakin ditekuk, matanya menyorot wajahku dengan sangat tajam.

Aku terkejut. Aku bingung akan semua ini. Kenapa orang ini begitu aneh. Aku langsung saja meninggalkannya. Mobil seakan mengambil langkah seribu meninggalkan orang aneh itu.

Akhirnya aku tiba di tempat yang kutuju. Aku tiba di jalan melati 4 Surabaya. Aku segera turun dari mobilku. Aku melihat sebuah rumah tua yang sangat gelap dan ditutupi beberapa bambu yang dirangkai dengan melati putih. Aku menyentuhnya,tiba-tiba seseorang menepuk pundakku dari belakang. Aku membalikkan badanku,lalu kulihat seorang wanita tua berkerudung putih tersenyum lebar padaku.

Assalamualaikum,”katanya padaku.

Waalaikumusalam wr wb,”jawabku.

Maaf, nak kamu siapa?”tanyanya padaku.

Nek, apakah benar alamat ini adalah di tempat ini,”kataku seraya menunjukkan kertas.

Ya, benar, sepertinya nenek mengenal tulisan ini,”jawabnya.

Kamu dapat dari mana ?”

Seorang lelaki tua,”jawabku dengan suara rendah.

Nenek tua itu kemudian hanya diam dan tersenyum. Lalu ia mengajakku masuk ke dalam rumahnya. Sepanjang aku masuk, bau melati kembali berhembus. Aku hanya menikmatinya dengan indra penghiduku.

Silahkan duduk,”katanya padaku.

Nek,apakah nenek hanya tinggal sendiri di sini?”tanyaku.

Nenek hanya tinggal bersama kakek,namun ia kini hanya tinggal di dalam hati nenek,”jawabnya dengan muka sedih.

Kakek hilang entah kemana,”jawabnya sedih.

Apa yang terjadi,Nek?”tanyaku bingung.

Ini semua berawal dari kampung ini,”katanya memulai.

Awalnya di sini adalah sebuah kampung yang agamis,”katanya

Namun, kesesatan yang dibawa aliran Melati Jiwa telah merusak semuanya,”

Masyarakat daerah sini menjadikan rangkaian bunga melati sebagai sesembahannya.”

Kakekmu dan nenek menentang ajaran ini,namun kami adalah kaum minoritas.”

Kami dipasung dan dipisahkan selama beberapa tahun, kami disiksa dan diperlakukan seperti binatang.Nenek dan kakek terpisah selama dua tahun. Setelah itu kami dilepas, tapi kami hanya diberi waktu satu tahun untuk hidup, lalu kami harus dieksekusi mati. Setelah dilepas,nenek pulang dengan harapan bisa bertemu kakek, tapi kakek belum pulang. Nenek menunggu kedatangan kakek, tapi sampai detik ini kakek tak kunjung pulang”.

Aku begitu haru mendengarnya, lalu nenek itu menunjukkan sebuah foto belahan hatinya. Betapa terkejutnya aku, kakek yang dimaksud nenek adalah lelaki tua yang kutemui di depan ruang anatomi. Aku mengamatinya lagi dengan seksama, gerak-gerik air mukanya benar-benar mirip. Aku yakin, ia adalah lelaki tua yang kutemui.

Hari ini adalah hari terakhir nenek untuk hidup, tapi kakek tak kunjung pulang,”katanya.

Besok adalah 1 Muharram, nenek harus meninggalkan dunia ini,”jawabnya sedih.

Hari sudah semakin sore dan sebentar lagi gelap akan datang. Aku tak bisa membiarkan nenek pergi begitu saja. Akhirnya kukatakan pada nenek bahwa aku tau dimana kakek. Aku membujuk nenek untuk pergi bersamaku dan menghindar dari kematian yang tak beralasan ini. Dengan diam-diam dan rencana yang sempurna, akhirnya aku berhasil membawa nenek keluar dari kampung ini.

Hari semakin gelap,aku menuju ruang anatomi bersama nenek dengan harapan lelaki tua itu masih ada di sana.

Ruang anatomi kembali beraksi. Aku bersama nenek akhirnya tiba di pintu utara. Aku bercerita pada nenek bahwa aku bertemu kakek di sini. Lalu, aku membawa nenek masuk ke dalam ruang anatomi. Ketika aku masuk, suasana bunga melati kembali datang dan menyengat. Malam begitu dingin, mayat yang waktu itu membuatku bergetar telah tergeletak lemah di atas meja. Aku terkejut, siapa yang memindahakan mayat ini. Lalu, sang nenek dengan refkleks mendekati mayat yang wajahnya sudah tidak begitu jelas itu. Nenek merasa ada kontak bathin antara dirinya dan mayat itu. Ia terduduk dan menangis di samping mayat itu.

Nek, ada apa dengan mayat ini?”tanyaku.

Nenek yakin, ini adalah kakek, mayat ini kakek!”katanya sedih.

Mayat ini memiliki luka di kepalanya,ini adalah luka kakek, bathin nenek mengatakan ini adalah kakek,”jawabnya sambil menangis.

Suasana di ruang anatomi semakin dingin, bau melati turut mewarnai heningnya malam saat itu. Nenek terus menangis di samping mayat yang misterius itu.

Aku tak kuasa menahan tangisku,lalu aku keluar ruang anatomi untuk berehat beberapa menit. Aku duduk di kursi,lalu menitikkan air mata yang tak kuasa kubendung ketika aku di dalam.Tak lama setelah itu, aku masuk kembali ke dalam ruangan. Namun, betapa terkejutnya aku. Aku melihat sang nenek tergeletak lemah di samping sang kakek. Aku mendekatinya,lalu kuraba denyut nadinya. Astagfirulahhalazim, dia telah pergi. Aku lihat wajahnya yang pucat dan membisu,lalu kutatap matanya yang membuka lalu kuusap dengan shalawat. Namun, sesuatu yang tak kuduga terjadi,tiba-tiba lampu padam dan suasana semakin gelap. Lalu,tiba-tiba ada sesuatu yang keras memukulku dari belakang.Aku terduduk dan merintih kesakitan.Beberapa menit setelah itu lampu hidup kembali.Aku semakin terkejut,nenek dan kakek kini telah hilang tanpa bekas. Aku hanya melihat sebuah rangkaian melati yang begitu indah di sana.

***

Matahari kembali bersinar,hari ini adalah minggu terkahir praktikum anatomi. Aku telah siap kembali untuk menjadi pengampu di hari yang cerah ini. Aku datang lebih awal untuk membuka bak kadaver.Aku melihat dua buah mayat yang kukenal telah siap di atas meja. Aku menatapnya,lalu aku sadar bahwa mereka adalah nenek dan kakek. Aku terkejut, tapi kali ini aku merasa puas. Aku puas telah mepertemukan dua hati yang terpisah untuk kembali menyatu. Mereka telah kembali menjadi sebuah pasangan walaupun sekarang mereka telah menjadi mayat.

Hari ini adalah tepat 1 Muharram.Tahun baru ini benar-benar berbeda.Aku merasa lebih bermakna menjadi seorang muslim. Subhanallah,sungguh Engkau luar biasa Ya ALLAH, semoga dengan kejadian ini akan memacu semangatku untuk lebih giat menjadi pengampu mata kuliah anatomi. Mungkin besok atau lusa akan ada mayat-mayat lain yang mungkin bisa aku tolong,bahkan mungkin akan ada mayat perawan yang sedang mencai jodoh.Aku hanya tersenyum dan tertawa kecil di dalam hatiku.

Suasana begitu cerah,angin berhembus dengan sejuk,lalu kucium aroma melati datang kembali menghiasi suasana hari ini. Lalu, pandanganku terarah pada sebuah sudut di ruang anatomi,aku seolah-olah melihat kakek dan nenek tersenyum padaku sambil melambaikan tangannya.


Faiznur Ridho

08/267881/KG/08334



1 komentar: