Selasa, 23 Desember 2008

FAIZ in pengalaman....mati itu pasti.............

Nama: Faiznur Ridho

NIM: 08/267881/KG/8334

Kehidupanku adalah Bekal Bagiku Kelak

Saya bernama Faiznur Ridho, biasanya dipanggil faiz. Saya dilahirkan di Palembang, 18 Juni 1990. Saya berasal dari Palembang, dan memilih UGM sebagai tempat untuk melanjutkan studi saya lebih lanjut. . Sekarang usia saya 18 tahun, dan tentunya itu masih sangat muda. Akan tetapi, banyak hal yang sudah saya lalui. Tentunya hal ini dapat dijadikan pengalaman dan asam garam dalam lembaran hidup saya.

Salah satu hal yang sangat saya tidak bisa lupakan adalah ketika kakak saya yang nomor 2 dipanggil menghadap ALLAH SWT. Ketika itu saya baru menginjak ke kelas 4 Sekolah Dasar. Entah mengapa, saya begitu bingung sewaktu itu. Saya bingung dengan keadaan saat itu,diantara dua hati yang begitu gelap dan sulit diterawang. Tapi, tetap ada keganjilan hati yang sangat saya rasakan.

Keganjilan itu lalu berubah menjadi sebuah kesedihan besar,ketika saya baru sadar di detik-detik sakaratul maut menjemput kakak saya. Ketika itu saya hanya melihat, kakak saya berjuang dan pasrah dalam menghadapi semuanya. Untaian suara gemuruh doa tak berhenti menggemuruh pada saat itu. Ketika itu suasana menjadi sangat memilukan. Subhanallah, begitukah ketika sang malaikat israil menjemput seorang manusia. Deraian air mata mengucur dari mataku, apalagi ketika di ujung akhir napas saudaraku yang terbaring lemah, sekujur tubuhnya dingin dan denyut jantungnya perlahan-lahan hilang dari nadinya ang dingin dan kaku. Deik-detik itu begitu mendebarkan dan juga sangat membuka cakrawala mata hatiku akan kematian yang sesungguhnya.

Tepatnya pukul 13.35 dan pada tanggal 2 Januari 2000 atau 26 ramadhan, saudaraku berpulang menghadap Nya. Untaian air mata dan doa mengalir dari kami semua. Tak terkecuali ibuku, yang begitu sedih dan bagaikan kehilangan satu buah tulang rusuknya. Sungguh, kita semua tak pernah tahu akan rencana ALLAH SWT.

Banyak hal yang dapat saya pelajari dari sana. Terutama ketika saya ikut memandikan jenazah, saya begitu tersentuh ketika menopang tubuh lemah tak berdaya di atas pangkuan saya. Saya terdiam, terpaku dan diam seribu bahasa, tak tahu apa yang ada di benak saya.

Hati saya semakin terbuka, ketika saat penguburanpun tiba, saya menyaksikan bahwasannya tempat peristirahatan akhir adalah tanah. Proses penguburan pun telah membuka mata hati saya bahwa hidup ini adalah sebuah sandiwara dan pada akhirnya kita harus mempertanggungjawabkannya. Ketika tubuh tak berdaya masuk ke dalam tanah, mencium tanah dan ditimbun dengan papan lalu ditimbun lagi dengan tanah, lalu ditabur bunga.SUBHANALLAH, kita semua pasti akan begitu,lalu apa yang bisa kita bawa. Tak ada harta, tak ada uang, tak ada mobil, motor, dan barang-barang mewah lainnya. Semua yang dicintai akan tinggal begitu saja. Yang kita bawa di dalam kubur hanyalah kain kapan dan amal perbuatan sewaktu kita masih hidup.

Semenjak peristiwa itu pintu hati saya begitu terbuka. Hidup adalah sementara dan kita semua harus memanfaatkannya. Kita tidak pernah tahu kapan kita menghadapNya, bisa sekarang, besok, atau beberapa tahun kemudian. Lantas apa yang kita banggakan dari dunia ini? Harta? Jabatan? Atau barang-barang yang mewah pemicu kesombongan dan keangkuhan? Astagfirulahhalazim, AMPUNI AKU Ya ALLAh atas segala ketamakan dan dosa-dosa yang aku perbuat selama ini. Sungguh, hidup adalah tempat kita untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya untuk dibawa diakhirat kelak.Semua yang ada di dunia ini adalah suatu amanat dan akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Kehidupan ini adalah jalan bagi kita untuk belajar dan trus belajar dan tak lupa untuk mengamalkan di jalan yang diridhoiNya. Ingatlah kita dari tanah dan akan kembali pada tanah.

Apa yang ada di dunia ini hanyalah panggung sandiwara yang bertopengkan kesempurnaan dan terkadang dipenuhi oleh kabut kemaksiatan, oleh sebab itu, kita harus bisa memilih antara hak dan yang bathil. Antara yang benar dan yang maksiat. Untuk itulah, mari kita bersama-sama untuk mendekatkan diri pada ALLAH SWT, sehingga ketika tiba saatnya kita dipanggil, kita sudah siap dan dalam keadaan suci aamin… ya rabbal alamin…

Mungkin itulah sebuah pengalaman yang lebih membuka hati saya akan pentingnya kehidupan setelah kematian. Semoga ini bisa jadi gambaran dan evaluasi bagi kita untuk yang masih hidup agar selalu mendekatkan diri pada ALLAH SWT.

2 komentar:

  1. from seno
    (aku jadi tau sisi lain faiz)

    ..hmmmm...memang benar...hidup itu hanya mampir minum , urip kuwi mung mampir ngombe dalam bahasa jawa...hidup di dunia hanya sebentar

    ....semua kecantikan dan kemewahan dunia hanyalah fana...
    ...hiks...hiks...aku jadi sedih... aku belum siap bila harus menghadapi hari itu..
    bekalku masih sedikit..
    sementara grafik produktivitas dosa dan maksiat selalu naik..
    astaghfiru

    BalasHapus